Menceritakan tentang tanah kelahiran, seperti menekan tombol previous track.
Memutar kembali rekaman jejak-jejak cerita di masa kanak-kanak ketika memperebutkan
dan berbagi kebahagiaan bisa diciptakan dari sebutir permen yang dipecah
kecil-kecil pakai batu.
Setelah itu saling berebut atau bisa juga secara suka rela membagi
melalui telapak tangan kecil yang saling terbuka. Memasukkan serpihan permen
yang hampir remuk menyerupai pasir itu ke dalam mulut masing-masing, kemudian akan
ditutup dengan acara menyaksikan senyuman massal sambil saling memamerkan
gigi-gigi gigis itu.
Ah,
Dilahirkan di tempat yang begitu syahdu, jauh dari hiruk-pikuk kaum
hedonis, di pinggiran kali opak, dikepung sawah-sawah nan hijau. Hanya lalu-lalangnya
kesibukan orang-orang membawa dagangan ke pasar tradisonal, anak-anak yang
bersepeda menuju sekolah, atau beberapa yang berangkat terlalu pagi ke sawah.
Senyuman, badan yang dibungkukkan sesaat ketika lewat, dan sapaan ramah mereka
meskipun terkadang basa-basi tetap menjadi jiwa yang susah disamarkan.
Sampai detik ini, ketika aku sudah meninggalkan dimensi waktu yang jauhh
dari ukuran-ukuran kebahagiaan semasa kecilku, aku tetap mencintainya.
Mencintai setiap sudut tempat ini…
Karena pada kenyataannya, ketika teman-sahabat pada merantau ke
sana-kesanaa aku masih di sini. Menyaksikan orang datang - pergi, pergi dan
sebagian kembali lagi. Sebagian mereka tetap merindukan segala isi suasana desa
ini.
Harmoni, ikatan yang berlapis menguat tanpa kusadari membuatku merasa
dibuat nyaman oleh dinding tebal yang menahanku untuk selalu tinggal.
Pundong…
Di kecamatan kecil ini, yang dulu suka dikatain teman:
“wii kalau mau ke rumahmu? Behhhhh kaya harus melewati hutan belantara, menyebrangi sungai,
lembah, bukit, baru deh sampai rumahmu”
Kayanya temenku lagi *macak ninja hatori*.
Serasa hidup di pedalaman hutan hujan tropis yang sinar matahari mau mengakses
masuk pun susah. Haha. Apasihh? Tapi kan di sini aku ga pernah kesusahan
mengakses apapun
Sinyal? Puskesmas? Warung? Angkringan? Adaa semua…
Susahnya hanya jika mau mengakses hatimu yang tingginya 5000dpal. Iya
hati kamu. *jegleg*
Meskipun teman-teman banyak yang bilang seperti terlalu hiperbolis pelosoknyaa
tempatku ini, tetapi apakah mereka kapok main ke sini? Emmm kalau kataku sih no.
Ga pernah sekalipun secara tersirat atau bahkan secara terang-terangan mendengar
pernyataan mereka kapok main ke sini. Kataku, setiap tempat di sini punya romantic magic yang susah dilupainnya.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengeshare, kemudian berharap didatangi anak hitz jaman sekarang yang kebanyakan membuyarkan tenangnya pandangan
mata,
Aku hanya ingin bercerita tentang rumah, payung, atap, dan tanah pijakan
dari semasa kecil sampai saat ini. Tempat yang selalu teduh disempurnakan peluk
hangat keluarga.
Berikut ini sudut-sudut romantic
Pundong versi aku yang sengaja kuabadikan melalui beberapa kotak frame foto
yang kadang jauhhh dari indah aslinya J
:
1. Jembatan Gantung Pundong
Sebelum dibangun jembatan beton di sebelah baratnya, jembatan ini pernah
menjadi akses penting masyarakat yang berada di sebelah selatan sungai untuk
beraktifitas yang mengharuskannya menyebrangi sungai opak.
Tetapi saat ini jembatan ini sudah tidak terlalu difungsikan sebagaimana
dulu, meskipun sesekali tetap dibuat lewat warga. Ketika minggu sore jembatan
ini kini lebih ramai dipenuhi sesak dengan anak-anak hits, anak-anak muda yang
sedang janjian, atau pun juga ramai dipake prewed dengan gaun mengibar
terhempas angin sungai.
Oiya, ketika kalian mengetik #pundong (hastag pundong) di instagram, top recent, top post kamu pastii akan
melihat deretan poto jembatan ini yang begitu banyak dipost orang-orang. Aku juga sering pake hastag pundong sih biar
pundong kemana-mana haha.
Memang saat ini, jembatan ini menjadi icon
di Pundong paling hits menduduki peringkat 1 versi on the spot. Haha.
Tapi versi aku, kenapa tempat ini termasuk sudut romantis?
Karena ini,
Senja di kelokan kali opak |
Iya, aku bisa menikmati senja di atas bukit kemudian menyaksikan jembatan
itu menyambungkan kembali Pundong yang terpisah di sisi utara dan selatan.
Apapun waktunya untuk menikmati view
jembatan itu, tetap romantic
Ketika siang hari
Kelokan kali opak dan Jembatan Gantungnya di siang hari |
Ketika sunrise (Pagi)
2. Curug Pucung dan Grojogan Sentong
Nah kedua tempat ini berada di
sebelah selatan kali opak, searah sama jembatan gantung tadi.
Curug Pucung karakteristiknya jauh kalau sama grojogan sentong, soalnya
curug ini bentuk dan luasnya lebih sempit.
Meskipun begitu, curug ini cukup bisa lah kalau cuma mau dibuat
renang-renangan dengan air mengalir. Tepat di bawah curug, ada seperti cekungan
(kubangan) penampung air yang bisa digunakan untuk releksasi.
Pernah iseng naik di atas curug, ada kaya gini:
Genangan bersama grojogan kecil di atas, foto dari: Wihikan Wijna |
Grojogan Pucung tingkat paling atas, foto dari: foto dari: Wihikan Wijna |
Nah sekarang, bisa dibedakan dengan grojogan sentong:
Kalau sentong, bentuknya lebih lebar dan tentunya lebih tinggi. Jika kamu
kuat naik meniti batu padas dinding grojogan, kamu bisa melihat pemandangan
Pundong dari atas lho.
Tapi tetap hati-hati yaaa….
Tentang grojokan sentong juga pernah aku posting sebelumnya di: Air Terjun Sentong, Pundong Punya
Grojogan Sentong dan Curug Pucung, punya kesamaan yaitu sama-sama
grojogan musiman. Artinya: jika musim hujan datang, airnya melimpah tetapi jika
musim kemarau tiba, airnya akan habis.
Pinter-pinter atur waktu buat ke sini
biar dapat momen yang menyenangkan buat basah-basahan.
3. Jembatan Nangsri
3. Jembatan Nangsri
Jembatan ini juga menghubungkan bagian dari pundong yang terbelah oleh
sungai opak. Jembatan sempit yang lebarnya beberapa meter yang hanya muat dilewati oleh satu
kendaraan saja.
Apakah yang membuat ini istimewa menurutku?
Bukan view jembatannya yang
bagus, tetapi bagaimana potret kehidupan social masyarakat ketika kamu
menyaksikan aktivitas masyarakat melewati jembatan ini.
Mereka yang sedang pulang dari sawah bersepeda membawa jerami padi
kering, anak-anak yang bersepeda berangkat sekolah, pedagang yang membawa
dagangannya ke pasar pagi-pagi buta, atau simbah-simbah yang sedang berjalan
membawa gendongan di punggungnya.
Ketika pagi, suasana itu akan dilengkapi dengan cahaya matahari dari
timur:
pas masih sepi |
Nah mereka sedang menggunakan jembatan ini untuk memulai aktifitas pagi |
Jembatan Nangsri ke barat, atau jalan menujunya ketika hari masih pagi, kamu akan
melewati jalan ini:
Pagi memang waktu yang tepat untuk memulai senyuman syukur dan menghirup
nafas sebanyak-banyaknya untuk stock oksigen seharian J
4. Pojok Kuliner
Ada beberapa macam kuliner di Pundong yang sangat jarang
ditemukan di tempat lain. Mungkin
ada, tapi sangat susah ditemukan. Ini semacam
trademark nya Pundong. Semacam belum
sahhh
kalau belum mencicipi beberapa kuliner ini.
Sebagian besar olahan berasal dari tepung pati atau bahasa lainnya tepung tapioca yang
asalnya dari
singkong.
Di sepanjang jalan pasar pundong ke timur, kamu akan menemukan
beberapa jemuran (pati) di
sepanjang
jalan yang baunya sangat khas. Selanjutnya bahan tersebut akan diolah menjadi
beberapa
jenis pangan seperti: bakmi (mie), kerupuk, juga untuk bahan makan
ternak (ampas ketela).
Ini beberapa jenis kuliner yang hanya bisa ditemukan di sini:
Bakmi Pentil
Baca: pentil huruf
e seperti membaca m-e-r-a-h. rasa bakminya tawar tetapi
teksturnya halus. Bakmi jenis ini berasal dari olahan tepung pati atau tepung tapioca
yang digiling.
Pedagang bakmi pentil dari pundong bisa ditemukan di beberapa
pasar tradisional lintas kecamatan.
Bakmi pentil dari olahan tepung ketela |
Abangan
Jenis kuliner ini hanya bisa ditemukan di Pundong daerah
tertentu. Maksudnya tidak bisa ditemukan di seluruh Pundong secara merata.
Rasanya yang kecut, baunya kecing, tidak banyak lidah yang bisa menerima. Biasanya hanya
penduduk asli saja yang menggemarinya.
bisa diolah dalam bentuk diiris kotak-kotak |
atau dimasak tipis-tipis
Jika ada penduduk asli yang merantau jauhh, jangan salah jika
mereka lebih merindukan abangan daripada pacarnya sendiri. Haaa.
Miedes
Miedes atau mie pedes lebih banyak dikenal kalangan pecinta
kuliner daripada kuliner yang aku sebutkan sebelumnya di atas.
Mie ini juga masih terbuat dari tepung singkong yang diolah
terus diiris-iris panjang berwarna kuning. Jika sudah dimasak dan dibumbu
pedes, rasanya cukup membuat ketagihan. Ada dua alternatif cara memasak: mie goreng
atau dimasak menggunakan kuah.
Jika kamu ke Pundong, tidak sulit untuk menemukan beberapa
warung yang menjajakan miedes. Harganya relatif murah, sekitar Rp.7.000,- per
porsi. Ayok kesini dicobain.
ini miedes kuah yang goreng belum ada potonya :p |
Kuliner yang aku sebutkan di atas, hanya untuk jenis yang khas atau susah ditemukan di tempat lain. Kalau untuk pecel lele, lotek, nasi goreng, ayam goreng, bakso, mie ayam, itu masih bisa juga ditemukan di sini :)
5. Sawah
5. Sawah
Bukan tentang siklus hijaunya, padi yang menguning, atau ketika padi
dibabat habis, tetapi ini tentang tanah yang masih terselamatkan dari
batang-batang beton.
Tentang burung-burung bangau putih yang masih bebas mengudara kemudian
mencarikan sesuap makan buat keluarganya.
Tentang aktivitas interaksi berbagi para petani, bahu-membahu membantu
dan berbagi informasi demi keberhasilan panen mereka.
Sebelum hijaunya berganti beton, aku pernah begitu menikmatinya via pagi,
siang, ataupun senja.
Ketika senja;
6. Goa Jepang
Batas selatan menuju pantai;
Bukan melulu mengenai bangunan peninggalan Jepang, tapi ini tentang sudut tersembunyinya yang tak banyak diketahui oleh siapa-siapa.
Penampakan goa jepang |
Dapat melihat pantai selatan dari ketinggian |
Bukan melulu mengenai bangunan peninggalan Jepang, tapi ini tentang sudut tersembunyinya yang tak banyak diketahui oleh siapa-siapa.
Pernah posting ketika piknik asyik di sini: Piknik berselimut Kabut di Goa Jepang Pundong
Ini versi senja dan sunset:
Bagaimana kamu bisa melihat batas langit dan laut, bagaimana kamu bisa
melihat kelokan sungai yang bermuara di samudra.
7. Pasar Pundong
Mengapa tempat ini romantis?
Karena tempat ini dipenuhi dengan orang-orang yang mau ketemuan. Ketemuan
sama penjual, ya ketemuan sama pembeli juga :p intinya mereka saling ketemuan.
Bagaimana jika seseorang ingin sesuatu dan pulang mendapatkannya? Itulah
wajah dan ekspresi mereka ketika menginjakkan kaki keluar dari gerbang pasar.
Mendapatkan sesuatu yang lagi dicari-cari.
Gerbang masuk Pasar Pundong |
Di pasar pundong, seperti pasar-pasar tradisional lainnya kamu bisa mencari segala macam kebutuhan sehari-hari. Mulai dari sayur, beras, pakaian, dawet, berbagai jenis jajanan tradisional, dan masih banyak lagi.
Jika sudah berkeliling-keliling pasar, kemudian tiba-tiba perut terasa lapar, jangan khawatir karena di sini bisa ditemukan warung soto yang enakkkk banget. Cobain kalau ga percaya.
Letaknya ada di parkiran sebelah tengah lurus 10 meteran ke utara.
Ehemm… menunya adalah: soto ayam, ada bakwan, dan telur puyuh. Tidak usah ditanya tentang harga, karena ini cukup terjangkau meskipun sedang berada di tanggal tua.
Sotonya Ibukku :) |
Berikut tak kasih price list nya per januari 2016:
Harga Rp.5000,- (seporsi soto+nasi),
Bakwan Rp.500,- per buah,
Es Rp.2.000,- per gelas,
Kerupuk: Rp.500,-
Telur puyuh satu tusuk isi empat Rp.2.000,-
Bagaimana? mau nyobain? oiya karena kamu adalah pembaca blog ini, kamu
termasuk orang yang beruntung. Kenapa bisa begitu? karena bisa jadi kamu dapet
voucher diskon makan di warung soto ini.
Caranya: bilang aja temennya Dwi. Jangan bilang mantannya yaa?
Nanti dapet diskon tambahan daging ayam sesuwir atau tambahan kuah soto segayung. Haaaa
terang saja karena yang jualan ibukku sendiri :p . ahahaha gapapa dong
sekali-kali promosi, ini bentuk bakti anak kepada orangtuanya :D
Eh iya, warung sotonya saking
banyak peminatnya terkadang jam 11 siang aja udah habis lho. Jadi buruan mruput yaa kalau mau nyobain?
8. Tempuran Kali Opak dan Kali Oyo
Kali opak adalah tempat yang sangat tidak asing bagi mataku, kakiku, dan
tanganku. Di tempat ini, aku sering menghabiskan waktu bermainku sewaktu kecil.
Mencari keong-keong, batu-batu putih menyerupai batu akik, mencari lumut,
atau bunga enceng gondok buat main pasar-pasaran.
Bukan hanya itu, terkadang aku juga sering mencari ikan dan udang kecil,
mencuci tikar, atau basah-basahan mainan gedebog pisang yang terapung-apung
sepanjang sungai.
Dulu, di sepanjang kali kamu bisa menemukan pohon duwet, pohon jambu
biji, pohon asem, atau pohon mangga yang jika buahnya jatuh bisa dibuat bekal
ketika merasa kelaparan.
Aktifitas penambang pasir sungai opak |
Baru segede ini, aku menginjakkan kaki di tempuran kali opak dan kali
oyo.
Ternyata kali opak yang mengalir di sebelah selatan desaku ini bukanlah
murni ni kali opak, karena kali ini ternyata sudah bercampur dan menyatu dengan
aliran kali oyo.
Tampungan kali opak sebelum bertemu dengan kali oyo |
Dulunya hanya mendengar saja, tetapi kali ini benar-benar menyaksikan.
Kata orang-orang, daerah ini sedikit angker. Ah apa iya? Ini karena ada
beberapa anak yang main dan tenggelam di sini. Ya namanya sungai, kalau
menurutku lebih angker an melihat kamu sama yang lain.
Ini setelah kalinya pada ketemuan:
Tempuran kali opak menjadi surganya para pemancing |
Foto dari atas |
Selamat menikmati dan menjaga setiap sudut itu seperti kamu menjaga hatimu...