Kapan terakhir kamu jalan-jalan?
Mungkin kamu sudah lupa kapan. Seperti kamu tak ingat lagi kapan terakhir
kali ketemu dengannya, kapan terakhir kali berbalas pesan dengannya.
Kapan terakhir kamu jalan-jalan?
Apa mungkin malah belum lama ini? seperti belum lama ini juga kamu telah
menemukan cinta barumu.
Kapan terakhir kamu jalan-jalan?
Ketika kamu mau ambil piring malah perginya ke kamar mandi, mau sikat
gigi malah ambil facial wash, mau
ngitung 4x4 mikirnya lama, mau kirim chat ke si A malah kekirimnya di group, fix selain butuh banyak istighfar kamu
juga butuh keluar dari kepungan rutinitasmu.
Di sebuah gang di Kotagede |
Mungkin kamu sedang penat dengan jarum jam yang membatasimu berada di
suatu ruangan,
dengan tembakan pertanyaan “kapan” yang susah kamu jawab,
dengan apa-apa yang menghimpitmu
sehingga membuatmu merasa penat.
Jalan-jalan tak harus membuat dompetmu menjadi masuk angin. Jadi tinggal dikonsep saja mau yang kaya gimana. Jalan kaki ataupun bersepeda sambil olah raga, mengisi tangki bensinmu satu liter, bawa bekal secukupnya, arahkan di tempat-tempat yang belum terlalu sesak orang-orang, kemudian memastikan jok belakang ada yang menghuni *eh.
Udara di luar sana bersama barisan pepohonan hijau siap menyambutmu dengan
limpahan oksigennya.
Suara ombak, semilir anginnya, atau juga gerimis romantisnya.
Sedangkan ruang aktifitasmu selama ini terkadang penuh riuh dengan
kebisingan dan dikte.
Sepertinya kamu perlu sejenak menepi untuk mendengarkan suara-suara
nurani yang sering kau abaikan.
Di luar sana adalah sekolah super luas yang disediakan Tuhan. Untuk belajar
berinteraksi dengan suara-suara alam, gesekan ranting, gemericik air, deburan
ombak, gagahnyah candi, atau senyuman tulus orang-orang yang kau temui
sepanjang perjalanan.
Meskipun tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban, bukankan langkah
kakimu keluar dari pintu pasti memiliki alasan?
Kemudian aku berimajinasi tentang alasan orang-orang pergi jalan-jalan, mungkin
salah satu dari beberapa yang kusebutkan ini adalah alasan mereka atau mungkin
juga alasanmu.
1. Membuang Kepenatan untuk Mencari Kebahagiaan
Ada penggalan kalimat: “cukup memandangi dia pun capekku langsung
ilang”.
Kemudian bagaimana dengan nasib
orang-orang yang belum memiliki penawar letih seperti itu?
Apa cukup memandangi tembok, genteng,
kompor, sedangkan tumpukan revisian masih belum terjamah, deadline tugas sudah senyum-senyum sinis menyambut, atau suara
nyaring teguran dari si bos masih terngiang-ngiang.
Kamu perlu keluar dari lingkar
penat itu sesaat, untuk kemudian temukan kembali kebahagiaanmu. Di mana
kebahagiaanmu? hanya kamu sendiri yang tahu.
Apakah di sudut-sudut rak buku, di jejeran rak sepatu, atau menelusuri setiap sudut kenanganmu.
Apakah di sudut-sudut rak buku, di jejeran rak sepatu, atau menelusuri setiap sudut kenanganmu.
Yang pasti setelah itu, kamu menggenggam
kembali kebahagiaan yang sementara kemarin telah terenggut oleh sesuatu.
2. Melarikan Diri dari Sepi
Semacam kamu yang hanya dijadikan
pelariannya ketika sepi :p.
Orang-orang sering menjadikan
jalan-jalan sebagai pelarian atas rasa kesepiannya. Ya, melarikan diri keluar
dari teror detak jarum jam yang terdengar mengejar, sampai iringan suara detak
jantung sendiri pun terdengar jelas di telinga.
Kesepian adalah musuh besar yang ditakuti
manusia, meskipun pada akhirnya nanti kita akan berteman sepi.
Mereka yang biasanya kesepian,
(mblo) akan mencari kesibukan dengan jalan-jalan mencari suasana yang berbeda
agar sepinya menguap perlahan sementara.
3. Mencari Teman
Tak masalah jalan-jalan hanya
berteman bayangan, karena kamu bisa menemukan teman-teman baru sepanjang
perjalanan nanti.
Eh kalau beruntung siapa tahu bisa
menemukan “teman hidup”.
Mbak-mbak yang berhasil dijepret cantik sama Mas Gallant |
“mbak mau di foto di situ?”
“eh nanti fotonya dikirim ke mana? via whatsapp? “
Kemudian saling bertukar contact, chat berlanjut, terus entah
endingnya nanti.
Ini modus anak kekinian zaman
sekarang. Biasanya sih dia rela pergi jauh-jauh asal ke tempat hits. Kalau
stock foto sudah menipis rasanya sudah mati gaya karena nggak bisa upload foto cantik
dengan quote caption bijaknya yang menentramkan hatinya followers :p
Nah maka dari itu, motivasi
terbesar jalan-jalan ya untuk kulakan
foto buat feeds instagramnya.
5. Mengukir Cerita dan Pengalaman
Ada yang ingin mengunjungi suatu
tempat karena belum pernah dan ingin mengukir pengalaman baru dengan cerita
serunya di sana. Ada pula yang sudah pernah ke suatu tempat dan ingin kembali
lagi berkali-kali.
Pengalaman adalah sesuatu yang
mahal sekali. Kalau kamu ingin memberikan sesuatu yang “tak terbeli” untuk yang
tersayang, coba kasih dia cerita pengalaman yang tak terlupakan di tempat yang
susah dia lupakan seumur hidupnya. Biasanya
mengajaknya di tempat-tempat yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya
bakal menjadi “sesuatu” yang sulit dia lupakan.
6. Belajar Mengenai Sesuatu
Artinya, ada sesuatu yang dia
dapat setelah kembali pulang. Ilmu, pengetahuan ataupun pemahaman sering secara
sengaja atau pun tidak diperoleh selama jalan-jalan.
Misalnya belajar tentang kebudayaan,
kearifan lokal, makanan tradisional, belajar bersyukur atas kehidupannya, atau belajar tentang mengikhlaskan
ketika melihat cangkang-cangkang kepompong yang mulai ditinggalkan terbang oleh kupu-kupu.
7. Menjalin Kedekatan
Jalan-jalan bisa menjadi jembatan untuk membuatmu
lebih dekat dengan keluarga, dengan teman, dengan pasangan, dengan diri
sendiri. Meluangkan waktu sempit di antara beberapa hari waktu sibukmu,
melangkah dengan kaki yang seirama, menatap keindahan yang sama, berbicara
tanpa bersembunyi di balik emoticon,
rasakan momen itu dengannya atau bahkan dengan bayanganmu sendiri. Akan ada
yang bertambah tentang pemahaman, tentang komunikasi, dan waktu terasa cepat
untuk menggelinding pergi.
Jadi apa alasan pembaca untuk meluangkan waktunya jalan-jalan?
Entah apakah alasannya, semoga niatannya
tetap sederhana.
***
Ketika tidak perlu alasan untuk memilih kamu tapi ada sejuta alasan untuk jalan-jalan,
terus kenapa hubunganmu masih saja jalan di tempat?