Gemericik Tenang, Aliran Grojogan Lepo Dlingo

Minggu, Mei 08, 2016

Musim hujan belumlah sepenuhnya pergi. Dia kadang masih suka datang di kala aku kira musimnya telah berlalu. Kode gludug-gludug kemudian gerimis di kala malam, atau tiba-tiba hujan deras mengejutkan deretan genting atap rumah, menandakan hujan memang belum sepenuhnya meninggalkan.
Artinya aku masih punya harapan terhadapnya, tentang aliran yang meskipun kini tak terlalu deras tapi membuat rindu Grojogan.
Setidaknya aku juga masih punya harapan; tentang sisa-sisa aliran yang masih berkenan jatuh membuat sejuk.
Dan rindu itu semakin hari semakin dalam. Membayangkan semua tentang kesejukannya, tentang dinginnya, tentang hijaunya. Bayangan demi bayangan itu mendorong niatku semakin kuat untuk menghampirinya kembali.
Semoga dia tak bosan kudatangi berulang kali.

Kuniatkan pagi-pagi menujunya karena aku ingin ketika datang nanti belum ada siapapun di sana, bisa leluasa melihatnya tanpa hiasan sesak orang-orang tenang tanpa usikan.
Grojogan Lepo-ku yang ketiga kali, enggak haram kan ya nulis tentangnya berulang kali?
Dulu, pertama kali ke sini 2014 dapat tulisan: Melunturkan Perasaan Di Grojogan Lepo Dlingo,
tapi memang pinginnya nulis ini lagi e, gimana dong?

Grojogan Lepo-ku yang ketiga kali, parkirannya masih luas sepi hanya beberapa kendaraan saja yang mengisi.
Kakiku masih belum bisa lupa sepenuhnya kemana dia harus menyusun irama tapakannya.
Lebih mendekat menapaki anakan tangga yang sedikit berbeda dibandingkan tahun kemarin. Kini bertingkat lebih bersih diapit deretan lampu dian yang bertabung minyak botol bekas minuman energi. Tutupnya masih berembun, sebagian botol tutupnya telah menghilang.

Senyuman warganya pun masih sama, masih ramah tersenyum dengan mata menyipit. Suasananya masih sama, ketika kujumpai lagi mbah-mbah yang sedang menggendong ikatan besar rumput hijau meniti tangga.
Terlihat kembali pemandangan hamparan jemuran asem di halaman beberapa rumah penduduk sekitar tangga.
Kini yang berbeda hanya semakin sesaknya deretan warung yang pagi itu masih dengan pintu terkunci, serta deretan meja kosong.

Tangganya semakin ke bawah semakin terasa licin, ya memang licin karena alasnya berganti tanah liat basah. Kulambatkan gesekan alas sandal jepitku dengannya. Kupegangi batas bambu yang tertidur terikat tali dengan hati-hati.
Suaranya gemericik telah terdengar tanpa ada pencemaran suara yang lain. Sesekali kulihat ke belakang, memastikan partnerku: dek tetangga yang menjadi teman perjalanan hari itu tak terpeleset maupun lecet.

Langsung, tak sabar buat bersalaman sama airnya :)

Ya begini kebenarannya, bahwa alirannya tak sederas dulu tanpa berisik hanya gemericik.
Setelah jatuh, airnya menggenang tenang di cekungan pertama kemudian mencari celah untuk jatuh selanjutnya di tingkatan bawahnya.

Grojogan Lepo punya tiga tingkatan aliran Grojogannya:
  • Tingkatan Pertama:
Mengajarkan ketenangan
Ketika hendak mengalir ke tingkatan berikutnya
Rasa-rasanya pingin ambyur, pas banget momentnya; sedang ingin mendinginkan panas-panas yang tak terlihat :)
Tapi tak bawa baju ganti, huh kurang total persiapannya ya?

Begini rute yang harus dilewati untuk meniti tingkatan kedua
Kalian melihat getek bambu bertangga? itu ternyata digunakan untuk flying fox pada hari-hari tertentu yang berbayar 15-25 Ribu rupiah tergantung tarif pelajar atau tarif apa?
Berani untuk meluncur?

  • Tingkatan kedua:
Perpaduan aliran airnya yang dingin dengan hangatnya sinar matahari pagi
Nah, di tingkatan kedua ini adalah yang sering dipergunakan untuk mandi, ciblon, jeguran, dan kawan-kawannya. Pada tingkatan ke-dua ini kedalamannya memang cenderung dangkal.

Alirannya sejuk, jernih dan dingin. Tak ada sampah kecuali beberapa lembar daun cokelat kering yang jatuh dari ranting pohon sepanjang aliran kali.

Dek tetangga

Mataharinya mulai hangat meninggi

Selamat Ulangtaun :) *eh
Jujur aku ngefans sekali dengan suasana setenang ini.
Lihatlah dari sekian foto tadi, betapa masih sepi belum sesak dengan orang-orang?
Sangat kontradiksi dengan suasana long weekend seperti saat ini, bukankah impian liburan akan menghasilkan kesetresan belaka ketika bergelut dengan kemacetan dan desak-desakan orang? 
Mungkin, sangat sulit ditemukan tempat oke setenang ini di moment long weekend. Coba saja tengok tetangganya: Hutan Pinus Mangunan Dlingo yang sudah seperti pasar? atau Kebun Buah Mangunan yang penuh sesak dengan tongsis menghadap kelokan kali berkabut?
Jelaslah suasana setenang ini begitu mahal :)

Kalau masih menginginkan suasana sesepi ini, bisa dicoba ke sini pas pagi sekali ya?
Siang sedikit suasananya sudah cepat berganti.

Karena sesaat kemudian melihat kedatangan kelompok adventure trip organizer atau apa sih namanya yang sedang hits di instagram dengan icon Floaties bebek atau angsanya sedang sibuk mengambil beberapa sesi foto bersama customernya di Grojogan Lepo tingkat pertama.
Ya kami cukup tau diri lah ya, mungkin tempat itu sedang dipakai untuk mencari rizki, Alhamdulillah nya sudah beberapa lama tadi di situ, jadi kami memutuskan berlama-lama di Grojogan tingkat kedua.
  • Tingkatan ketiga:
Nah, tingkatan ketiga ini adalah yang terakhir karena alirannya akan langsung mengalir lagi menjadi kali yang berkelok bermuara entah kemana. 

Tampungan cekungan dari tingkat kedua

Selanjutnya akan mengalir menganak sungai

Samar-samar sinar matahari yang meninggi pun berusaha menyelip di sela-sela ranting yang selo dari rimbunnya daun.
Sinar-sinarnya yang tipis-hangat berdampingan dengan dinginnya aliran Grojogan yang mampu sedikit menetralisir panasnya jogja yang akhir-akhir ini sering dikeluhkan orang-orang.

Sadar bahwa hari semakin beranjak siang, kami berjalan naik ke atas.

Airnya berubah cokelat :(

Waaa sekarang sudah ramai sekali ini ya? semakin diramai-riuhkan dengan rombongan anak-anak SD berseragam olahraga yang sedang mainan air lepas sekali.
Baiklah, kami tidak akan membuat semakin penuh tempat sempit itu karena aliran kali di atas lebih menarik perhatianku.


  • Aliran Kali paling atas:
Masih dengan semburat samar-samar sinar matahari pagi ini
Mandi Sinar Matahari?

*Kemudian encok*
Serba tenang dan syahdu, itu masih menurutku. Alirannya tenang bertingkat tipis. Air hijaunya seirama dengan berderet pepohonan hijau yang memayungi berselang-seling hingga teduh.

Ayunan kayu yang menjadi ikon baru di Grojogan Lepo

Muat untuk satu orang?
Waaa…sekarang ada ayunannya gini ya? Boleh enggak bobok di sini sambil bawa radio? cocok banget sih ayunannya single gini. Sedaridulu aku melihat beberapa ayunan pasti berdampingan berpasangan. Ini beda, “ayunannya masih single” anti mainstream :p
Jangan lupa pulangnya hati-hati, semoga secepatnya bisa kembali ke sini lagi :)

Perjalanan menuju pulang
Alamat: Pokoh 1, Dlingo, Bantul
Parkir: Rp.3.000,-
Retribusi tiket masuk: - (masukin kotak sukarela)

Fasilitas: Warung, Toilet, Pelampung, dan Pendopo

Terima Kasih Sudah Berkunjung

21 comments

  1. Udah nggak ada bambunya ya? Padahal dulu bisa main-main di bambunya :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak mas, bambu di tingkatan ke-dua sudah diilangin, mungkin sudah rapuh berlumut kaya ....

      Hapus
    2. Hemmm harus dipugar biar nggak rapuh kayak......

      Hapus
    3. Tinggal ketemu trs bilang: ..... rampung urusan katanya?
      Enggak rapuh rapuhan lagii :p

      Hapus
  2. Oalaaah ini toh lokasi pemotretan floating macem macem itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes mbak aqied yang ituu... sepertinya kebanyakan di Lepo kok lokasinya *kemudian kepoin instagramnya*

      Hapus
  3. Wah...bagus banget mba..

    Masih ada surga di bumi yang masih terawat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mas, iyaa... semoga selamanya terawat, terjaga sampai bisa kembali ke sana berkali kali

      Hapus
  4. Sepiii banget, syahdu, cocok buat menggalau nih, mbak. #lohh
    Kalau masih ada hutan bambu seperti yang ditanyain Sitam mungkin lebih syahdu lagi. Rimbun banget pastinya. Ahh DIYogyakarta memang nggak ada habisnya di-explore :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih ijoo, rimbun, syahduu memang :))
      Mas halim bisa bawa mini tv ke sini nih sambil nonton uttaran... :'D

      Hapus
  5. Podo plek pas aku ke sini Mei 2013 silam, airnya nyaris kering. Mbantul mulai kerontang....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, aku pernah juga ke sana pas airnya deres banget...tapi lebih syahdu gini e :p

      Hapus
  6. tak saya sangka ternyata di bantul ada tempat kayak gini, kalau dirumah grojokan itu memangvair yang mengalir deras. dibantul sama? kalau sama jodoh dong hahaha just kidding

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo mas, iya samaa... grojogan itu semacam air terjun.
      Iya dong bantul apa apa ada, mau pantai, gumuk pasir, bukit, kedung, hutan pinus, tempat bersejarah, grojogan, dan wisata kuliner :)

      Hapus
  7. Mbak Dwi... itu di kec Dlingo ya...yg bagian mana sihh...aku dulu KKN di dlingo...sempat ingat sekelebat ada tempat kayak gitu tapi blum ramai...ah, KKNku zaman zadoooooeeellll sihhh...eh, tempatnya yg mana sih itu...mau jadi guide aku? haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mbak agustina salam kenal...
      Kalau di dlingo memang ada air terjun lagi namanya air terjun randu sari... lah yang diliat mbak agustina dulu yg mana?
      Kalau lepo gampang kok dkt sama sma dlingo? Dan sudah banyak petunjuknya juga :)
      Ayoo aja mbak :)

      Hapus
  8. disana kita bukan hanya bisa bermain air, tapi berfoto pun bisa, pemandangan di aliran air grojogan lepo sangat indah, sehingga sangat disayangkan kalau kesana hanya meilihat-lihat tanpa berfoto.. hehe

    BalasHapus