Air Terjun Jumog di Sepenuh Minggu

Sabtu, Februari 27, 2016

Bagi orang-orang yang disiplin olah raga secara apik kualitas frekuensinya, mereka akan konsekuen membuat jadwal kemudian menjalankannya secara teratur. Rajin jogging, nyepeda, atau nge-gym sekian menit sekian kali dalam seminggu.
Aku juga pingin sih, tapi sebatas niat saja. Semakin lapang saja aku gelar alasan untuk membuat alibi. Misalnya: pingin sih gowes tapii ga punya sepeda. Pingin sih jogging, tapi males.
Alasan point pertama itu sebenernya males kan?

Jadi jika seminggu waktu akumulasi minimal untuk olahraga adalah 150 menit dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, jadwal versi aku tak buat 2 hari saja: weekend dengan akumulasi waktu 24 jam. Haha :p

Dolan a.k.a jalan-jalan adalah olahraganya versi aku, karena aku disitu juga bakalan lumayan jalan jauh.
Lumayan juga bisa mengusir keringat yang tadinya malu-malu sembunyi aja di bawah pori-pori. Mata juga olahraga, perasaan juga olahraga. Pokoknya dolan adalah olahraga versi aku yang bisa total mengolahragakan seluruh organ tubuh.

Ada inisiatif mbolang ngereta-ku yang belum juga diamini sama teman. Hampir beberapa minggu ini proposalku ngereta hanya dibiarkannya menumpuk di pojokan meja dan belum mereka acc-acc  juga. Aku tetap sabar, karena rasanya tidaklah lucu ke stasiun sendirian, ngereta sendirian, jalan-jalan juga sendirian.
Sampai tibalah pada suatu minggu yang membahagiakan itu; proposalku diacc juga.
Tadinya rencana pergi bertiga tetapi karena teman yang satunya lagi asyik-asyiknya dengan pekerjaan barunya, maka kami hanya pergi berdua saja.
Mau kemana kami?
Kalau ditanya kemana? Jawabku: “ya pokoknya jalan-jalan saja”
Absurd banget haaa. Alhamdulillah dia sudah berteman denganku lumayan lama jadi yaa paham sekali dengan segala “ga jelas dan keaneh-anehanku” itu.
Dari rumah jam 6 pagi dan ternyata kami kehabisan tiket yang jam 8 pagi, haaa harus nunggu 3 jam di stasiun mau ngapain ya? sarapan adalah pilihan paling puncak di lapisan piramida.
Rasanya wajib mempersiapkan energi yang banyak untuk kepentingan maksimalnya dolannya nanti.
Kami sepakat untuk mencari soto di sekitaran depan stasiun

Sarapan bareng sepagi itu diselingi dengan saling menceritakan beberapa waktu yang telah kami lewati tanpa sering ketemu.

***

Jam 9.25 pagi Prameks kami berangkat, perkiraan sampai stasiun balapan jam 10.11 aaa meleset dari perkiraan sebelumnya, dan menurutku itu lumayan kesiangan menurut ukuran waktu bagian seloku ~.
Sesampainya di Stasiun Balapan, ternyata kami dijemput sama pacarnya teman yang saat itu menjadi partner dolanku.

*Uhukk menjadi seksi perobatnyamukan ya?

Bagiku, hal itu tidaklah masalah karena sudah terbiasa begitu. Selama masih halal dan tidak ada dirugikan, akan tetap ku jalani dengan hati yang tenang dan lapang :p

Hemmmm setelah beberapa menit menunggu janji jemputannya di dekat pangkalan ojek sekitaran Stasiun Balapan, akhirnya dia tiba menjemput kami.

Kami membicarakan beberapa alternatif tempat yang akan kami kunjungi saat itu. Namun, rencana untuk berburu bangunan tua, pasar, perjilbaban atau perbatikan di kota ini agak sedikit digeser sekian derajat ke kota tetangganya Solo; Karanganyar.

Karanganyar bagiku sangat melekat dengan Air Terjun Tawangmangu, tetapi Minggu itu temanku mengarahkan kami ke Air Terjun yang lain; Air Terjun Jumog.

Air terjun ini berjarak sekitar 40 Km menuju arah timur Kota Solo.
Alamat tepatnya berada di: Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Pernah membaca beberapa postingan tentang air terjun ini, dan sebenarnya kali ini bisa ke tempat ini juga tanpa ada rencana matang sebelumnya. Bisa dibilang hanya spontanitas saja.
Dengan melewati tikungan dan tanjakan yang bercabang-cabang juga sedikit kenyasaran karena saat itu GPS nya lagi iseng, akhirnya kami sampai di pintu parkir Air Terjun Jumog.

Dari parkiran, kami berjalan kaki sejauh kurang lebih 400 meter dengan jalan agak menanjak.
Sepanjang jalan, sebelah kanan dan kiri terdapat beberapa pedagang menjajakan oleh-oleh khas sana: ada keripik ubi ungu, grubi, dan beberapa cindera mata seperti kaos dan sebagainya.
Sementara untuk sedikit mengganjal perut kami yang sedaritadi diisi oleh massa udara, kami membeli satu plastik bening yang berisi beberapa potong gorengan beraneka macam. Lumayan lah, diiringi gerimis agak rintik-rintik kami menuruni anak tangga . Mata semakin bening saja melihat hijaunya pohon paku yang tumbuh subur mengakar di sepanjang pinggiran tangga.

Tiket retribusi masuk Air Terjun Jumog adalah:  @ Rp.5.000,- , dari tempat pemungutan tiket retribusi, kami kemudian berjalan ke arah kiri menuruni tapakan demi tapakan tingkatan anak tangga. 

Bisa ditebak ketika weekend dan hari itu ngepas banget hari Minggu, tentu setiap sekat tempat ini dihiasi dengan beberapa pasangan yang beriringan berjalan dengan tujuan yang sama.
Sebenarnya,  sesungguhnya, sejujurnya aku kurang begitu menyukai keramaian. Kecuali ditraktir ramai-ramai. Haha kalau itu sukaaa :D

Ini poto dari bawah:

blurr kaya yang moto

Demi apa ramenya?

Air terjunnya lumayan deras, yang mengelilingi pun lumayan ramai. Kami memilih meniti jembatan kecil untuk memandangi Air Terjun Jumog dari sisi yang berbeda.

kudu punya pose ekspresi kiyu-kiyu kecapean haha

Hemmm ternyata jembatan kecil ini yang sering dijadikan tempat untuk berselfie ria, bahkan untuk sekedar lewat saja dibutuhkan kesabaran untuk menunggu selesainya jepret demi jepret dengan pose berganti.

“maaf ya mbak permisi lewat” kataku tersenyum kemudian berlalu dari jembatan kecil itu turun mendekati aliran kecil sungainya.
 
sejuk, dingin, betah....

copot alas kakimu, kita kecehan bareng yaaa

Terimakasih telah sudi mengajakku ditengah quallity time kalian berduaa :p

Oiya, ada hal yang begitu membekas dan membedakan Air Terjun Jumog dengan beberapa air terjun yang lain menurutku adalah: “Air Terjun Jumog lumayan bersih” sukaa sama bersihnya.
Bersih dikombinasi air dingin dan tingginya ijo ijo pohon paku yang memayungi teduh sungguh menjadikanku lama berbetah-betah di sini.

ini lho jembatan yang suka dipake poto beground air terjun jumog
 
yeayyyyy.... cepet nikah yaa 
Nah, di pinggiran aliran sungai kecil dari Air Terjun Jumog ini digelari beberapa tikar, kemudian ditata berjejer-jejer bangku untuk tempat makan pengunjung. Menunya bermacam-macam, mulai dari mie rebus, mie ayam, sate (sate ayam, sate kelinci), nasi goreng dan berbagai minum pendukungnya.
(Maaf jikalau banyak hasil jepretan saya pada blur, entah karena faktor apa :p )

cocok banget buat kumpul keluarga yaa

Herannya, tempat tetap bisa bersih tertata tanpa sampah berserakan.
Jika kami melihat dari dekat aliran sungai kecil yang berasal dari air terjun juga tampak bersih tanpa sampah. Mungkin ada satu dua sampah organik yang berasal dari beberapa helai daun yang berjatuhan karena telah menguning.

Kami tidak begitu lama di tempat ini, karena selain langit telah berlapis mendung, juga karena estimasi waktu kami  jika nanti baliknya kesorean bakal kehabisan tiket kereta.

Kembali menapaki langkah demi langkah anak tangga yang telah mengantar kami ke bawah,

jangan malas move on yaa happp happ

Jangan heran kenapa bersih ya? setiap pojokan anak tangga dikasih ember super besar buat menampung sampah pengunjung.


Tapi masih terlalu kecil kalau buat nampung tumpukan rindumu mblo...
Ketika kami menaiki tangga untuk kembali pulang, terlihat dari atas:
ternyata terdapat kolam renang dan arena bermain anak seperti yang ada di Air Terjun Tawangmangu.

Lumayan sepi kok


***

Pak supir yang juga guide kami hari itu kembali ke rumahnya mengembalikan kendaraannya setelah mengantar lagi kami kembali ke Stasiun Balapan.
Rencananya dia akan menyusul kami ke stasiun untuk kembali ke Jogja jika waktu masih bisa memungkinkan barengan.

Waktu untuk kembali ke stasiun balapan pun tiba, sambil berlari-lari kecil kami tergesa mendekati loket tiket yang dari kejauhan telah tampak tulisan menyakitkan. Semacam ngeliat nama kita di undangan gebetan yang tertulis sebagai tamu kondangan. *mit amit* naudzubillah

loket belum dibuka aja ngantrinya kaya gini hampir 50 menit

“tiket sudah habis, tinggal keberangkatan jam 19.10”

*jleb… apaaa? Padahal saat itu waktu masih menunjukkan jam 15.30 berarti kami harus menunggu bukan lumayan lama lagi. Tapi sangat lama.
Semacam nungguin sinyalmu agak tinggian biar kode-kode yang aku kirim kemarin sore diread semuaaa

Yasudahlah mungkin kami perlu jalan ke angkringan, atau menikmati senja Kota Solo di sore hari.

senja di atas mushola POM Bensin sekitaran Stasiun Balapan

Perjalanan kami menuju angkringan melewati halte dengan jejeran kursi kosong.

ini hati yaaa bukan halte :p

Mungkin tempat ini akan selalu menjadi tempat yang didatangi untuk singgah sebentar lalu ditinggalkan. Kasian si halte. Untung aku ga punya tempat persinggahan sementara semacam ituu…

***

Eh ternyata temanku jadi barengan ke jogja bersama kami karena waktu masih memungkinkan untuk barengan.

“jadi ini intinya jemput kamu balik ke jogja yaa?” kataku sambil melihat mereka. Haha.

Jam menunjukkan pukul: 21.00 lebih sekian, tanganku masih sibuk ketak-ketik keyboard hape nokia merahku untuk mengirimkan sms kepada ibuk bahwa kali ini aku pulang malam.
Yaa sebuah usaha kecil untuk sedikit meringankan kecemasan-kecemasan beliau yang mungkin bisa muncul ketika aku pulangnya agak larut.

Sedangkan kereta ini terlalu lama berhenti di Stasiun Purwosari. Entah ban bocor atau apa aku tak terlalu mengerti. Aku duduk diapit dua pasang coupelan yang sedaritadi asyik membicarakan mengenai nostalgia dan  cerita yang akan dilewati esok hari.
Telingaku daritadi juga mendengar setiap obrolan mereka yang seperti tak punya spasi. Aku hanya cemas memandangi batre hape yang tinggal ketip-ketip mau mati.

Mataku tertuju tak berfokus, kenapa ya pikiranku masih terbayang tentang halte balapan yang aku tinggalkan selepas senja?

Terima Kasih Sudah Berkunjung

18 comments

  1. Wah pas ke jumog aku nyemplung tuh motret air terjunnya dr kolong jembatan itu. Dan aku gak ngelewatin jalan kaki jauh. Beda pintu masuk kali ya.

    BalasHapus
  2. Parkirnya kita di deket masjid ijo bawah mbak
    Haa jd lumayan lah jalannya.
    Iya potomu di postingan Jumog juarakk mbak, punyaku lg blurr semua kaya yang moto haha

    BalasHapus
  3. Wah so sweet. Mbak blogger juara deh ngrangkai katakatanya.
    Maaf yaa sangat kurang pikniknya. Perlu persiapan lagi sepertinya.
    Maaf lhoo ini bukan acara pacaran, tapi pertemuan 3 sahabat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke deh pertemuan 3 sahabat.. wkwk Aku lho yang makasih :) kapan kapan lagi yaaa? Tolong ajuin proposal ke guidenya buat keee yang kita rencanakan kemarin haha

      Hapus
  4. Cuma bertiga? Duh napa nasibmu kayak Galalant ya? :-D :-D

    BalasHapus
  5. Jadi masalahnya tu cuma belum nemu partner tetap saja sih mas, tolong dong doanya ditambah buat aku :p haha

    BalasHapus
  6. awesome waterfall and place, jadi mau kesana

    BalasHapus
  7. Belum pernaaah ke sini.. ramenya udah kaya Tawangmangu ajaaa.. btw mungkin suatu saat kamu akan bertemu jodohmu di halte itu, mbak :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaa benarkah? kalau benar begitu sih aku nungguin di halte saja ga usah pulang wkwk. Recomended pas ga weekend

      Hapus
  8. aku belom pernah ke jumog. tempatnya asik keknya bisa piknik piknik gitu. kalo naik kendaraan umum piye caranya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, jangan tanya jalan sama aku mas gal...aku saja lagi usaha mencari jalan menujunya haha

      Hapus
  9. Itu foto air terjun yang blur jadi keliatan bagus mbak air terjunnya :3 wkwkkw

    Duh, liat orang-orang yang kumpul keluarga di tepi sungai itu, jadi inget masa kecil :' dul sering banget kayak gitu bareng keluarga. Sekarang mah boro-boro -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi hari itu jepretanku jelek semua, biasanya juga jelek sih tapi ini parah blur blur wkwk
      iya mas? Oh mungkin dengan calon keluarga masa depan wkwk

      Hapus
  10. Loh itu bersih banget keliatannya. Tapi kalo jalan-jalan di tempat yang rame banget gitu kok kurang nyaman yak. hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaa aku juga jalan jalan mau cari ketengan bukan keramaian haha jd lebih nyaman yang sepi

      Hapus