Lima Hari Setelah Dataku Hilang
Selasa, September 06, 2016
Alunan lagu September ceria kudengar lirih dari salah satu chanel radio
yang memutar lagu tersebut bertubi-tubi. Namun sepertinya itu adalah salah satu
backsound yang kurang tepat di pagi
menjelang siang hari ini, ketika mataku menatap kosong layar monitor sebelah
kiri.
“Hardisk externalku ga kedetect”
:( |
Bayanganku sudah bermacam-macam, perasaanku juga campur aduk. Saat itu
aku masih sempat berharap ini adalah sebuah mimpi. Aku mencoba tenang meskipun
batin tak tenang.
Mulutku masih bungkam ketika cepat kuambil laptopku dari ransel merahku,
kemudian kuhidupkan buru-buru tombol power dengan loading terasa lama sekali.
Selanjutnya kucolokkan kabel hardisk externalku segera di laptop. Hasilnya?
tetap nggak detect.
Kubalik arah dudukku sambil menatap laptop kantor yang masih menyala.
Kucolokkan hardisk external secara sigap ke laptop kantor, hasilnya sama: tidak
kedetecet lagi.
Demi apa rasanya saat itu.
Mulutku mulai bersuara:
“mbak, hardisk externalku ga detect ini gimana?” tanyaku lirih bercampur cemas kepada rekan kerjaku yang duduk di samping kanan dan kiriku.
“mbak, hardisk externalku ga detect ini gimana?” tanyaku lirih bercampur cemas kepada rekan kerjaku yang duduk di samping kanan dan kiriku.
Satu laptop, dua laptop, sampai hitungan keenam laptop teman-teman saat
itu mencoba satu-per satu, namun dari total semuanya itu fix tidak bisa membaca
hardisk externalnya.
Wajahku sayu, lunchbox makan
siang warna hijau seakan tak kulirik kembali meskipun perut sudah keroncongan ketika
jam menunjukkan angka 12.00 WIB.
Kemudian aku bersama teman bergegas cepat mencari servisan hardisk
external terdekat di Bantul.
Sesampai di sana dan setelah diperiksa secara kilat:
“mbak maaf ini hardisknya harus diopname, mungkin besok siang baru bisa dikabari lagi. Boleh minta cp nya ya?” kata mbaknya sambil menyodorkan kertas kecil berwarna kuning.
“mbak maaf ini hardisknya harus diopname, mungkin besok siang baru bisa dikabari lagi. Boleh minta cp nya ya?” kata mbaknya sambil menyodorkan kertas kecil berwarna kuning.
Aku masih melongo nggak fokus. Kutulis cepat nomor hapeku di kertas kecil
itu sambil sekali lagi kuperiksa kebenaran digitnya.
“Jadi memang harus opname ya mbak? nggak
bisa ditunggu kepastiannya? “
Dan mbak-mbak itu menggeleng.
“Memang untuk kepastiannya mungkin bisanya
besok mbak, nggak bisa ditunggu karena banyak yang mesti di periksa” kata
beliau mencoba menjelaskan.
Bagiku, ketika dalam situasi seperti ini dan harus menunggu hari esok
untuk sekadar memberi kepastian: “bisa
selamat apa enggak datanya” itu adalah sebuah penyiksaan.
Dalam hal-hal tertentu, aku memang masih kurang dalam hal bersabar. Perlu
latihan banyak, yaaa banyak.
***
Kakiku lunglai memasuki garasi kantor, sapaan-sapaan kabar yang kudengar dari
teman saat itu hanya kujawab sesingkatnya. Sedangkan setengah hari sisa dari
jam kerja, aku benar-benar tidak lagi bisa kembali fokus untuk mengerjakan
pekerjaan lain.
Bayanganku berputar kembali tentang curhatan Ibu-Ibu BHS Desa . Yaa tentang
perjuangan mereka untuk mengumpulkan dan mengambil foto anak-anak tersebut
dari anak usia bayi sampai remaja. Dari
yang menolak di foto kemudian sembunyi, menolak di foto kemudian menangis,
harus di foto pagi-pagi buta jam setengah 6 pagi karena anak tersebut bekerja
atau sekolah jauh, harus mendatangi pesantren tempat mondok anak karena anak
tinggal di asrama pesantren.
Ah, tidak mudah untuk mengumpulkan sekitar 1000n foto anak itudalam 3
bulan terakhir dan bulan ini sudah memasuki bulan deadline.
***
Sepulang kerja, jiwa ragaku terasa lemas. Kurebahkan badanku di kasur
dengan kaos kaki dan baju yang belum berganti. Mataku terpejam, fikiranku
semakin tak menentu sampai malam harinya juga begitu. Aku terpejam beberapa
menit kemudian terbangun, beberapa menit kemudian terbangun, sampai jam 04.00
WIB begitu rutinitas semalaman ini. Posisi menunggu kepastian dalam tak pasti
seperti ini membuatku jadi bulan-bulanan dipermainkan oleh cemas dan gelisah.
Pagi harinya, kutatap layar handphone nokia merahku. Sesekali kucek pesan
masuk, sesekali ku cek lagi. Dan hasilnya hape masihlah sepi tak berpesan.
Sampai suatu hari menjelang siang ketika tanganku memainkan kotak-kotak
hitam keyboard akhirnya pesan yang ditunggu itu datang:
Semacam diputusin pacar via sms *lah emang pernah?*
Setelah baca sms itu, harapan yang kupupuk semalaman hancur. Nah tapi paling tidak, aku
sudah dikasih kepastian. Itu yang lebih melegakan meskipun pahit. Akhirnya Hardisk
external itu kembali ke tangan masih dalam keadaan awal: rusak.
Harapanku masih ada kepada Mas Tom, Dia dengan baik hatinya berkenan
mencoba memperbaiki hardisknya, sehingga kini harapan recovery data kembali bersemi.
***
Sabtu pagi, aku sudah berkeliling bertamu memeriksa di salah satu Ibu BHS
Desa Gilangharjo. Untuk apa? untuk mengecek flashdisk beliau lha mbok mungkin saja masih punya backupan
data yang masih tersimpan di Flashdisknya. Kemudian apa hasilnya? nihil.
Aku menatap kembali laptopku sambil menyeruput teh hangat buatan beliau.
“Flash nya njenengan kosong bu…”
kataku lirih.
Kenyataan ini berbarengan dengan datangnya pesan dari Mas Tom.
Kupegangi dahiku kaya emak-emak lagi mikir utang banyak.
“tetap tenang hela nafas”
Kemudian dalam keadaan seperti itu kubalas pesan dari Mas Tom:
“yasudahlah ya, pasrah”
“enggak… cari yang lebih ahli” balas
Mas Tom sambil mengirip maps Treknol Laboratory yang bertempat di Jakal Km.7,3.
Memang sudah ada 3 teman yang
merekomendasikan ke suatu tempat servis recovery data yang sama. Treknol yang
bertempat di sekitaran Jalan Kaliurang.
***
Badha’ Dhuhur, aku berpamitan kepada Bu Komang salah satu BHS Desa
Gilangharjo yang selama ini sudah mendampingi kecemasanku menghadapi itu semua
untuk menuju Jalan Kaliurang.
“Hati-hati di jalan mbak… dari
kemarin bolak-balik Jakal kan?”
“Iya bu, terimakasih banyak, mohon
doanya nggih?”
Ada papan petunjuknya? masuk ke kiri |
Mas Tom masih berkenan menunjukkan jalan menuju tempat servisan hardisk
yang direkomendasikan. Kami bertemu di sekitar gang masuk depan Treknol.
Kesan pertama ketika menginjak masuk dari gerbangnya:
Ubinnya anti mainstream banget lah |
Wuihhh ngece tenan iki. Hardisk sebanyak ini jadi ubin :o
Sebenarnya ketika itu, tenagaku sudah limit sekali. Makanya ketika
mbaknya tanya-tanya tentang partisi, dan lain sebagainya yang aku nggak ngerti
dan Mas Tom yang jawab :p
(Jadi fix, aku mendoakan Dia menjadi Jodohmu mbak Aqida)
Lagi-lagi hardisk itu harus diopname dengan rentang waktu 1-2 hari.
Berikut adalah lampiran list harga:
#1 |
#2 |
Punyaku masuk ke katogori BS/MBR.
***
Hari Ke Lima
Hari penantian ke sekian. Ya, pagi ini entah kenapa harapan itu masih
membayang. Aku paham harapan-harapanku
beberapa hari yang lalu selalu berakhir dengan kehampaan. Tapi harapan itu
memang masih ada. Aku yakin.
Benar saja, Allah masih menyayangi hambanya yang sedang dilanda cemas
berkepanjangan ini.
Sepulang kerja, langsung kuarahkan laju kendaraanku menuju Treknol. Jalan
Kaliurang pada jam kerja memang masih lumayan macet. Setelah sampai,
Alhamdulillah masih belum tutup.
Dari depan |
Aku masuk pintu yang masih terbuka dengan kutatap
wajah mbak-mbak e itu dengan rasa terimakasih.
Setelah beberapa saat duduk memeriksa dan mengecek data yang berhasil
direcovery, beberapa customer Treknol pun sempat datang dan pergi.
Dari ketiganya, tidak ada yang berhasil diselamatkan datanya. Kutatap
wajah-wajah kecewa mereka. “Ya mbak, ya mas, saya tahu di posisi kalian”
batinku lirih.
Bersamaan dengan itu, kuucapkan Alhamdulillahirobbil’alamin
berkali-kali sambil terus menghela nafas panjang. Maklum, detak jantungku lima hari ini belum berdetak secara normal :p terkadang deg-degan terus tanpa ada
sebab.
Hardisk setelah dipreteli |
Oiya, penyebab dari tidak bisa diselamatkan beberapa data dari pelanggan adalah
sudah tergoresnya piringan hardisk.
“Sejak kapan mbak Treknol berdiri?”
“Sejak 16 Tahun yang lalu mbak”
Pantas saja sudah melayani recovery
data dari pelanggan luar kota via dikirim paket. Pelanggannya kebanyakan
adalah dari mahasiswa yang kehilangan data skripsi.
Hardisk yang belum terambil |
***
Betapa bersyukurnya aku hari ini. Dalam perjalanan pulang kali ini tak
lagi kubawa beban berat seberat kemarin.
Remang-remang lampu jalananan Jogja malam itu menemaniku pulang dengan
kelegaan.
Betapa bagian ini adalah salah satu cerita perjalanan yang tak mudah
dilupakan seumur hidupku. Karena begitu mahalnya sebuah pelajaran, semoga ini
bisa menjadi pembelajaran untukku pribadi ke depannya, atau pun juga untuk pembaca sekalian. Bahwa
memang menjaga itu penting, sebelum merasakan pahitnya kehilangan. Terimakasih
kepada Ibu, Rekan, Teman semua yang telah mendoakan sehingga semua terlewati
dengan baik. Terimakasih :)
*Mohon maaf ini bukan tulisan endorsannya Treknol, hanya memang tempat itu menjadi salah satu bagian perjalanan lima hari dataku kembali. Untuk pembaca yang mungkin mengalami kejadian yang sama sepertiku, dan kebingungan mencari tempat recovery data, saya ikut merekomendasikan tempat ini.
11 comments
Pantes sudah tidak galau hahahaha. Kena berapa Dwi? kakakakakka
BalasHapusPaling tulisan ini trs tak kembaliin ke draft lagi mas... tapi alhamdulillah bangetttt udah kembali semua datanya.
HapusHabis berapa? Pm aja wkwk
Nyiahahaha.. Syukuran, Mbak. Nanggap dangdut koplo 7 hari 7 malam.
BalasHapusGek iki malah opo :o
HapusSyukuran ki dengan tahlilan. Mas Tom dadi kyaine :p wkwkkw
Terimakasih mass
Kok gak bilang to nek bolak balik kesana. Kan aku deket dr kantor kuu
BalasHapusPadahal aku pancen haus banget sore ituu rasanya mau pingsan mbak :( ya kali aja dikasih air mineral :p mas tom ga cerita e kantore mb aqid mana
HapusSaya juga tahu galaunya kehilangan data penting. Tapi Ubinnya itu lo yang nggak nguati, hahaha
BalasHapusHehehe tapi setelah data kembalii leganya bukan main mas... Alhamdulillah :)
HapusIya, ubinnya emang anti mainstream
woo. udah ke om tom toh? lha kok g hubungi aku . aku masih ada rekomendasi teman lagi.. mesti enteke okeh iki.
BalasHapusMas2 bengkel e cuek banget yo. g gelem banget bilang, sudah beres mba. sudah saya selamatkan dan sebagian saya jadikan koleksi pribadi. ahaha
Hanif kan ga bisa sore... kalau sore kerja. Sedangkan data kudu diselamatkan segera... kaya udah mentog di sana aja. Gituu.
HapusHaha iya e, terkadang harus kita yang lebih aktif :p
Alhamdulillah semua bisa terlewati dengan baik.
Semoga jd pembelajaran buatku pribadi dan pembaca:)
wahh akhirnya bisa juga di perbaiki ya mbak.. hhe
BalasHapus