Mencicipi Guncangan Kebahagiaan Offroad Jip Pindul

Selasa, Maret 07, 2017



Suara hentakan kaki kuda andong-andong Malioboro telah tergantikan suara jangkrik. Sunyi.

Hanya terdengar obrolan seru beberapa teman yang masih terjaga di ruang tamu.

Malam ini kami menginap di Pendopo Bejo, salah satu tempat yang disediakan oleh Mas Arif untuk kami melepas kantuk yang tertahan sepanjang liukan perjalanan tadi.

Posisi bangunannya yang lumayan tinggi dibandingkan dengan rumah-rumah sekitarnya, membuat udara dingin menyelinap tanpa salam lewat tiga jendela yang masih terbuka.

Besok pagi kami butuh tenaga lumayan banyak yang harus dipersiapkan untuk offroad jip sehingga mata tersugesti untuk cepat terpejam.

Benar.

Azan subuh seperti berkumandang lebih cepat di sini. Rasa-rasanya baru sedetik memejamkan mata tapi sudah pagi saja. Di waktu subuh sudah kuniatkan mandi. Iya, meskipun nantinya akan kotor terlumuri lumpur, tapi sudah kuniatkan begitu. Semoga nantinya akan semakin sempurna mencicipi pengalaman pertama offroad jip dengan kondisi segar.

Rasanya juga kurang lengkap jika sudah bangun sepagi itu tapi belum menikmati suasana pagi Desa Bejiharjo. Kami memutuskan untuk menyusuri jalanan kampung di samping penginapan.

Masih berpucuk embun :) 

Karakter Desa Bejiharjo yang dialiri beberapa sungai bawah tanah dengan kondisi air yang melimpah dimanfaatkan penduduk sekitar untuk menggunakan aliran jernih parit kecil sebagai tempat mencuci. Terlihat beberapa anak bebas jalan-jalan menikmati sarapan bersama ibunya, petani yang sepagi itu sudah menyuburkan padinya, dan  pemandangan barisan pohon kelapa yang menjaga setiap pematang sawah.

Setiap bertemu warga yang kebetulan berpapasan, mereka menyapa kami dengan senyuman ramah. Kondisi warga khas perdesaan yang masih terjaga meskipun digempur ribuan wisatawan setiap bulannya.
Semoga begitu, tetap terjaga.

Begini kira-kira potret hiruk-pikuk Bejiharjo ketika musim liburan tiba:


Oh ya, jika kita ke Desa Wisata Bejiharjo, tak melulu harus Cave Tubing Gua Pindul.

Kita tidak harus memaksakan suatu liburan dengan menyiksa diri seperti itu. Pembaca boleh mampir ke sekertariat Dewa Bejo atau buka info di websitenya di:


Ternyata masih banyak kok alternatif lain yang ditawarkan oleh Dewa Bejo untuk menikmati liburanmu dengan cara yang tak kalah menyenangkan.

Pernahkah pembaca mencoba Body Rafting Oya? atau menyusuri gelapnya lorong Gua Gelatik yang sunyi?

Mengendap memandangi tidur pulasnya kelelawar di lorong Gua Gelatik

Aku pernah mencobanya tahun lalu, dan masih dengan Dewa Bejo.

Jika pembaca pernah beberapa kali melewati daerah Bejiharjo, di sana-sini banyak calo yang menawarkan iming-iming paket wisata Pindul dengan harga yang sangat murah. Sepertinya sih begitu. Tetapi bagaimana dengan fasilitas, pemandu yang ramah juga berwawasan, jaminan keamanan, dan asuransi? mungkin kita sebagai pengunjung  harus mulai memikirkannya.

***

Pagi itu kami berencana untuk mencicipi paket wisata offroad yang lumayan menjadi primadona baru di Pindul.

Tak sabar.

Kali ini adalah pengalaman pertamaku menjajal offroad dengan armada Jimny.

Persiapan sebelum petualangan dimulai. Dokumentasi oleh: Insanwisata

Kami sudah siap, sekali lagi tak sabar.

Jemputan jip sudah berjejer rapi di depan sekertariat Dewa Bejo. Seusai kami sarapan, tidak butuh waktu lama tiga jip warna putih, hijau, dan merah sudah penuh berpenghuni kami bersembilan.
Bisa diabsen satu-satu siapa tau ada yang jom** ya?

Mas Sitam, Hannif, Aku menjadi penumpang jip putih. Mas Rifqy, Mbak Rizka, Mas Aji bertiga menjadi penghuni jip hijau, kemudian jip merah dihuni oleh Mas Alid, Aya dan Mas Halim. Lengkap sudah.

Petualangan akan segera dimulai!

Jip melaju menjauhi sekretariat menyusuri jalanan aspal. Tak lama kemudian masuk lebih dalam melewati jalan yang lebih sempit dengan dua cor bloknya sebelah kanan dan kiri.

Aku masih meraba dan melukis bayangan akan seperti apa nanti.
Kulirik driver jipnya, Mas Arif dengan lihai mengemudikan jip dengan sesekali menyapa warga.

Jip hijau dengan penumpang: Mas Rifqy, Mbak Rizqa dan Mas Aji, ketika melewati jalan desa. Dokumentasi oleh: Insanwisata

Perjalanan offroad kami memang terlebih dulu melewati tiga desa di Kecamatan Bejiharjo, yaitu: Desa Bulu, Gelaran I, dan Karang Lor. Sesungguhnya aku agak heran karena sepertinya kehadiran kami dengan suara riuh tawa dan berisik melewati jalan desa yang sempit sama sekali tak mengusik mereka.

Bahkan setiap kami berpapasan dengan warga di setiap pinggir jalan maupun tikungan, mereka selalu menghadiahkan senyuman hangatnya.

Bahagia. Ini baru awal.

Suasana adem ayem ini mulai bergeser oleh medan yang turun, kemudian jalannya sudah berganti.
Kali ini dengan pemandangan kebun warga, hutan jati dengan jalanan yang tak lagi rata.

Batu gamping tak beraturan dari tengah sampai tepian jalanan. Gronjalannya sungguh memainkan guncangan yang bervariasi. Yahh semakin lengkap dengan tambahan kondisi jalan yang menurun curam, kemudian meliuk, menanjak dengan ketersediaan jalanan datar sangat minim.

Dahan pohon-pohon yang melengkung di pinggir jalan seperti mengucapkan “selamat datang”  sambil sesekali melibas pipiku atau juga tanganku. Rasanya sedikit panas, tapi sekilas saja. Fokus benar-benar terpecah mendengar suara riuh teriakan teman dari penghuni jip depan. Sepertinya penumpang perempuannya dua saja tapi teriakan kaum adam lebih lantang terdengar.

Menumpang jip dengan posisi medan seperti ini terkadang sungguh menguras emosi. Melibas turunan, tanjakan, dan rintangan bebatuan. Lumpur tak terelakkan lagi sudah menjadi motif alami kaos, wajah, dan tangan kami.

Di depan sana, sudah ada genangan air berlumpur cukup luas. Satu per satu jip melewatinya dengan cipratan lumpur cair cokelat di mana-mana. Seruuuuu dan spontan menghasilkan teriak demi teriakan bersahutan.

Jip miring melindas jalanan lumpur. Nah no pict: hoax, siapa yang mangapnya paling lebar *eh. Dokumentasi oleh: Insanwisata

Ya, jangan ragu untuk mengekspresikan perasaanmu: tertawa, was-was, teriak sekencangnya, menunduk, kejedug, bahkan sampai harus jongkok menahan tumpuan. Di sini letak serunya.

Tanganku tetap berpegang erat kepada batang besi jip sebelah kiri. Ternyata, jip mengulang putaran sekali. Rasanya aku lebih siap karena telah mengenal medan yang sudah dilewati sebelumnya. Dugaanku salah.
Ah ternyataa, Mas Arif lebih memilih jalan yang berbeda dengan medan yang lebih ekstrem.

Terkadang jip bisa miring sekian derajat membuat tubuh kami mengikuti gravitasi. Kali ini lumpur yang loncat sana loncat sini berbentuk kotak-kotak hasil cetakan batikan ban jip. Teriakan Hannif di sampingku ternyata tak kalah heboh, padahal ini bukan yang pertama baginya. Mas Sitam tak terdengar suaranya tersekat ruang di depan.

Seusai menerobos jalan berlumpur di tengah rimbunnya pohon bambu, jip kami sudah sampai di tepian Sungai Oya.

#1

#2. Ketika jip melawan deras aliran Sungai Oya. Dokumentasi oleh: Cewe Alpukat

“Duh”, posisi jip harus turun dari tanggul sungai dengan tatanan batu kapur. Tubuh kami terdorong ke depan, Jip meluncur melawan arus Sungai Oya. Cipratan lumpur berganti guyuran air dari berbagai sisi. Kami berteriak kegirangan tak secemas tadi.

Begitu emosi yang berhasil dimainkan. Beberapa kali terguncang kemudian tertawa bahagia. Jenis guncangan ini tentu berbeda dengan guncangan batin ketika harus menerima kenyataan bahwa dia sudah selamanya tak bisa dimiliki. Beda ya, beda.

Karena jenis guncangan ini ada lega dibalik teriakan, ada cemas yang lepas setelah medan berhasil terlewati.

Pertemuan tiga jip di tepian Sungai Oya. Dokumentasi oleh: Insanwisata.

Rute 12 kilometer selama dua jam sungguh tak terasa. Pengalaman pertama offroad bersama orang-orang istimewa serunya.

Bejiharjo,
sungguh tak cukup disinggahi setengah hari.

Informasi pembaca:

Untuk offroad jip, pengunjung cukup merogoh Rp.400.000,- per armada jip yang bisa ditumpangi 3 orang per jip. Atau untuk lebih lengkap info bisa didapat:

Dewa Bejo beralamat di Sekretariat Dewabejo Goa Pindul Gelaran 1, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul.
Twitter: @goapindul_GK
Instagram: @goapindul
Facebook: Cave Tubing Pindul
Telephone: 085741973511 (Arif)

* Cerita ini merupakan oleh-oleh dari keseruan rangkaian acara "Explore Desa Wisata Jogja" yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi DIY, pada tanggal: 24 s.d 26 Februari 2017.

Terima Kasih Sudah Berkunjung

35 comments

  1. Nggak menggalau pas naik Jeep mbak? Biasanya menggalau loh kamu hahahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Galau ituu udah ada tempat dan waktunya mas.. plisss 😊

      Hapus
  2. PERTAMAX!!!!1
    Mungkin nek aku yang naik situ udah misuh misuh kali ya wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho tibake aku gagal pertamax :(

      Hapus
    2. Wkwk kandyani kok. Mas sitam ki koyo siluman nek komen. Ngendi² ono 😂

      Hayukkk ke jogja ke sini lagi, sudah ditunggu mas arif itu :)

      Hapus
  3. Dewabejo sekarang bagus yah, pertama kali kesana tahun 2011 kondisinya masih sederhana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, sekarang fasilitasnya lebih lengkap tentunya.
      Kapan lagii ke dewa bejo? 😊

      Hapus
  4. tep ngakak pas baca ini " Begitu emosi yang berhasil dimainkan. Beberapa kali terguncang kemudian tertawa bahagia. Jenis guncangan ini tentu berbeda dengan guncangan batin ketika harus menerima kenyataan bahwa dia sudah selamanya tak bisa dimiliki. Beda ya, beda". Haha. Kok yo sempet2 e kamu menggalai di atas guncangan2 medan ekstrim itu mba. wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lhaiya to nif, kalau guncangan offroad ini kan bikin nanonano njerit² terus udah. Kalau guncangan yang itu kan beda 😂

      Hapus
  5. Teriakan kaum Adam lebih cetarr membahana hahaha. Itu belom dikasih makan aja udah segitu, apalagi perut kenyang, bisa lebih cetar teriakannya. Hahaha.

    Memang bener kalo paragraf ini paling JUARAKK --> Begitu emosi yang berhasil dimainkan. Beberapa kali terguncang kemudian tertawa bahagia. Jenis guncangan ini tentu berbeda dengan guncangan batin ketika harus menerima kenyataan bahwa dia sudah selamanya tak bisa dimiliki. Mbak Dwi memang ahlinya. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas halim jangan terbawa arus kebaperan mendalam. Itu cuma curhatan temenku yang kuselipkan dalam tulisan. Wkkw

      Aku melihatmu di depan ki cool² saja mas,padahal mas alid sama aya udah teriak² 😂

      Iya untungnyaaa tapi nggak penuh² amat isi perutnya. Bisa² keluar semuaa pas kena goncangan kebahagiaan 😂

      Hapus
  6. No pic = hoax bagian nyai Jombang mangap. Wkwkwkkwk ngakakkkkk 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku baca komenmu malah dadi ngguyuuu mass 😂

      Hapus
  7. Tetep ya menggalaunya ga ketinggalan😂

    BalasHapus
  8. Seru banget bacanya 😍 Tetep bapernya enggak ketinggalan 😂 btw,akhirnya jadi duta wisata Bantul beneran. Hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu mau nggak kuajakin ke sini? ❤

      Haaa duta wisata meneh lho. Doakan aku pas jadi duta wisata beneran pas udah punya gandengan 😂

      Hapus
  9. Dari sini saya seperti bisa mendengar teriakan keseruannya, hihi! Pengalaman yang sangat memacu adrenalin, tapi sumpah sumringahnya kalian membuat saya iri banget ingin datang dan ikut merasakan. Meski jomb**, kalau berjamaah seperti kalian saya yakin bakal lupalah dengan kesendirian itu, haha.
    Gua Pindul itu sudah terkenal banget ya. Kalau seramai itu dan saya juga kebetulan ada di sana, saya pun kurang yakin apa bisa menikmati, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas gara mau ikut jomlo berjamaah? Jangan ah. Cariin saja pasangannya satu-satuu wkwk

      Kapan-kapan kalau ke jogja mari mampir mas, rame-rame ke dewa bejo. Tinggal milih yang nggak ramai
      Mau offroad apa body rafting? 😊

      Hapus
  10. Ah salut Mbak Dwi masih sempat berpucuk embun, hehe. Saya keasyikan ngopi dan ngobrol di teras hahaha. Yuk mbak offroad lagi haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu keasyikan live ig sih mas. Haaa
      Iyaa kan biar sahh ki harus mencicipi sudut desanya lho. Suasananya asri sejuk.

      Hayooo ke jogja lagi. Ga jadi ketemu hari senin kan kemarin? Wkwk

      Hapus
  11. Ya benar kalau judulnya mencicipi, dua atau tiga kali ketemu Mbak Dwi pembawaannya begitu wkwk. Mbak Dwi emang miss bantul beneran deh, seharusnya pas kita ke sewu kitiran itu, Mbak Dwi yang duduk di kursi missnya. Kan itu digandeng sama dimasnya. KWkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semakin lengkap kalau kita main ke bukit kayangan. Yukkkkk 😂

      Ah mana dimasnya emang? Haa malah ikut-ikutan ngece inii

      Hapus
    2. Yuuuukkkk, pulangnya nunggu sepur lewat di deket olive kemarin. Ah segera!

      Hapus
  12. seru banget kayaknya mbak paket wisata dari Dewabejo yang baru, diriku udah lama banget ga pernah ke Gunung Kidul euy sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha mas dika uwes ga nang jogja :(

      Kabar² nggih kalau ke jogja :))) teruss ke dewa bejo

      Hapus
  13. Yaa Alloh jdi kebayang sensasinya abis mandi lumpur keguyur aer dri arus yang berseberangn hihiii
    Seruuuuu

    Aku klo olahraga jantung gini pasti yang ada nyebut terus hihi
    Salam kenal ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haii mbak, makasih salam kenal kembali nggih.

      Ayo sesekali ke jogja harus nyicip sensasi offroad ini mbak :))

      Hapus
  14. Offroad emang seru! Perdana offroad naik Jeep Willis di Merapi, lalu naik Land Rover di Bandung, dan pengen coba naik Jimny! :)

    Btw sorry itu lihat penuh sesaknya caving di Pindul sekilas malah seperti foto genosida :/ *jadi baper*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaa aku baru nyobain jimny aja mas. Land rover sama jeep willisnya beluum..


      Wkkww iya, semacam cendol begitu apalagai kalau pas musim liburan. Mending milih alternatif yang lain ajaa

      Haii mas, salam kenal :)

      Hapus
  15. wuih serunya :D selama ini cuma lihat-lihat saja mbak...kayake perlu coba nie...tempate g jauh dari rumah simbah di gunkid soale ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa silakan dicobain mas. Apalagi nggak jauh dari simbah. Bisaa puas gitu berangkat dari pagi :))

      Hapus
  16. mau banget nyobain, suatu saat mesti dibudalken, mantap

    BalasHapus