Offroad Nglinggo, Ketika Perasaan Ikut Terkoyak

Jumat, April 28, 2017




Mengawali suatu pagi yang syahdu di Hari Minggu, aku mulai mengemas barang-barangku ke dalam tas. Kulihat Mbak Rizka sedang sibuk merapikan dandanannya, sedangkan Aya tengah menunaikan kewajiban terberatnya: mandi pagi.

Di tengah kesibukan memastikan tidak ada barang yang tertingal, aku sedang bimbang memilih di antara dua. *tsah.

Aku minta pendapatnya Mbak Rizka sambil menyodorkan dua warna jilbab yang berbeda.

“Mbak, aku mending pakai jilbab warna ini apa ini?.”

“Pink ini aja lho yang kontras, kan mau ke kebun teh?.” Aku pun mengangguk.

Pagi itu, aku sudah membayangkan langit biru berpadu hamparan hijau kebun teh yang tak berbatas.
Pagi itu, aku membayangkan rok motif bunga-bungaku menari tipis mengikuti desiran angin yang membawa. Mata ini rasa-rasanya sudah tak sabar menemukan waktu terbaiknya untuk disejukkan.

***

Perbukitan menoreh Kulon Progo, berada kurang lebih 800 mdpl. Tempat ideal untuk tanaman teh bertumbuh subur. Terang saja bahwa tanaman teh memang tumbuh baik di dataran tinggi pada suhu 13-25°C.

Baru tadi pagi menghirup nafas segar di lereng kaki Gunung Merapi siang ini sudah mau berpindah menuju perbukitan di ujung kulon Kota Yogyakarta.

Khusus perjalanan menuju Kabupaten Kulon Progo ini, kami tak dipisahkan dalam dua mobil yang berbeda. Ya, siang itu kami bersembilan menumpangi kendaraan yang sama. Ruang harus dibagi sedemikian agar masing-masing dari kami tetap kebagian tempat duduk meskipun harus berhimpitan.

Hmmm padahal medan perjalanan untuk menujunya tidaklah datar-datar saja seperti sikapmu. Terbukti beberapa kali kami dibuat menahan tumpuan ketika kendaraan berkelok secara tiba-tiba.

Tak terasa, perjalanan itu mengantarkan kendaraan yang kami tumpangi sampai juga di parkiran Kebun Teh Nglinggo.

Undakan Kebun Teh Nglinggo. Dokumentasi penulis ketika ke sini beberapa tahun yang lalu.

Kutatap undakan-undakan kebun teh yang penuh hijau. Jika ke sini pagi hari sebelum matahari mulai tinggi, pasti disuguhi pemandangan ibu-ibu yang sedang asyik memetik pucuk-pucuk daun teh. Ah syahdunyaaa.

Kulirik tasku yang sengaja kupindah di samping. Sesungguhnya aku sudah siap membawa payung untuk properti foto nanti. Payung polos berwarna pink magenta yang senada dengan rok dan jilbab yang kukenakan saat itu. Kulihat Mbak Rizka pun sedang menyiapkan topinya yang sejak dua hari yang lalu tersimpan rapi dalam tasnya.

Belum juga kaki melangkah menjauh, ternyata kendaraan kami diarahkan untuk kembali turun. Belum waktunya untuk parkir di sini. Nah akhirnya ya harus memutar balik untuk turun pas di belokan yang banyak jip-jipnya tadi.

Tak lama berselang, pemandangan jip dengan roda-roda yang masih berbalut lumpur mengangkut beberapa penumpangnya pergi berlalu.
Bang Milki dan Yanuar menyambut kami dengan salam ramahnya kemudian mempersilakan kami untuk memasuki Rimbono Homestay.

Dalam bingkai: Nasirullah Sitam saat menikmati duduk santai di Rimbono Homestay

Wah!

Sejak pertama kali menatap, langsung adem rasanya kaya sedang memandangi mata kamu yang mengandung embun-embun sejuk. Ya, tak perlu lama. Hijaunya pohon pakis seperti payung yang tumbuh di tengah rerumputan hijau. Rumah-rumah yang didominasi kayu dan bambu berjejer rapat semacam melambai-lambaikan tangannya untuk disinggahi. Suasananya itu lho! tenang, adem, menghanyutkan.

Rimbono Homestay memiliki 10 kamar yang berkonsep ekomaterial dengan range harga sekitar 150-250k per malam. Jika ingin menginap, pastikan bahwa gebetan dalam keadaan stabil emosinya sehingga dia tak terus menanyakan: "kamu lagi di mana?" "kok ga ada kabar?."

Lha apalagi sampai bilang: “yaudah sana senang-senang sendiri, terserah kamu! aku gapapa.”
Duh jangan ya? di sini memang lumayan sulit ditemukan sinyal, sedangkan Rimbono Homestay pun tidak menyediakan wifi.

Ya memang sengaja begitu, keadaan dikondisikan demikian agar seseorang yang ingin menepi mencari ketenangan bisa sejenak jauh dari gadget, jauh dari bersliwerannya foto dia sama “yang baru” di timeline, jauh dari telponan juragan yang minta kerjaannya cepet-cepet dikelarin, nah tepat, kamu butuh tempat ini.

***

Langit tak secerah pagi tadi. Gerombol awan hitam dalam proses menyatu di sisi barat. Kami diminta bersiap untuk memulai hari menyusuri setiap keindahan Nglinggo. Tak sabar. Aku ingin imajinasiku sejak pagi terwujud tak lama lagi.

“Kira-kira mau ke mana nih? hmm pastinya tak jauh-jauh dari teh. Apa kita hendak diajari cara memetik teh? atau bagaimana mengolah teh?.” Batinku menebak.

Jip telah menunggu. Dokumentasi oleh: Insanwisata.

Perjalanan kali ini akan semakin greget ditemani dua jip telah terparkir menunggu di depan homestay. Yeayy, seruu banget nih! hari pertama kemarin sudah diawali dengan jip, hari terakhir dipungkasi jip lagi.

“Jadi kita mau kemana?”

“Hutan pinus.” Jawab mas Melki.

Aku melongo sesaat, kuulangi sekali lagi menanyakan: “apa mas, hutan pinus?”

“Iya, hutan pinus. Kulon Progo juga punya hutan pinus. Memangnya dikira cuma Mangunan Dlingo saja yang punya?” jawab Mas Melki sambil tersenyum tipis.

Baru kali ini aku mendengar keberadaan Hutan Pinus di Kulon Progo. Selama ini keberadaannya minim publikasi. Luasnya kebun teh, gelapnya lorong gua, bermacam nama air terjun, perbukitan lengkap bersama gardu pandang, atau Waduk Sermo lah yang selama ini lebih dulu tenar.

Rasa penasaran yang masih mengambang mengawang-awang akan keberadaan hutan pinus itu langsung dibawa jip berlalu. Melaju menyusuri jalan aspal dengan laju sedang. Jip lain telah lebih dulu di depan dengan rombongan lima orang penumpang yang kesemuanya laki-laki.

Jip kami diisi oleh Aya yang jejeran dengan mas sopir di depan, sedangkan di bak belakang ada satu pangeran jombang dan dua perempuan yang sedang sibuk merapikan perasaan.

Sesungguhnya pandangan kami  sedang fokus ke depan mengamati dengan saksama ke mana kah rute menuju hutan pinus misterius itu. Tapi, kemudian terkaget ketika jip kami tiba-tiba berbelok ke kiri begitu saja tanpa aba-aba.

Dalam gamang aku masih sempat melihat sekitar tiga atap rumah warga yang penampakannya belumlah sempurna. Beberapa meter kemudian, jip kami harus menemui turunan menukik dari bebatuan yang kemiringannya hampir 90°. Badanku spontan memeluk kepala jip. Demi apa teriakan itu bercampur aduk dengan njempaliknya ekspektasi kami tentang hijaunya kebun teh. Tak sempat mengambil nafas terlalu panjang, jip menerobos jalanan sempit dengan gunukan lumpur dan belaian kejam ranting-ranting sebelah samping. Teriakan tak pernah hening. Bersahut-sahutan mengisi sunyi.

Berhenti sejenak. Dokumentasi oleh: Insanwisata.

“Srettt srettt…” aku pejamkan mataku rapat. Cukup pipiku yang merah karena belaian anti mainstream dedaunan menyambar mata dan pipi kiri. Roda menerjang apapun, menggoyang-goyangkan posisi kami. Terlempar ke kanan, menimpa Mbak Rizka, kembali berdiri lagi. Jip kemudian berhenti.

Aku kembali membuka mata. Melihat apa yang sedang terjadi di depan. Rombongan jip yang berisi kawan lima laki-laki sedang menunaikan gilirannya menyebrangi  sungai kecil. Mereka berteriak. Kami yang berada di belakangnya pun ikut terhanyut.

Tiba lah gilirannya jip kami. Sungai kecil itu dilibas langsung menanjak menaiki tebing sungai yang masih bertanah lumpur. Menanjak lagi sampai tubuh kami kembali tak seimbang mendongek ke belakang. Sekilas terlihat jejeran batang hutan pinus misterius itu dari pinggiran. Dan kami hanya lewat tanpa dalam memandangi.

Setelah berlumur lumpur, kini tibalah waktunya jip mandi.
Haaaa sungai sesempit itu. Cukup empat roda jip yang bisa menerobos mengikuti alirannya. Hulu sungai itu tak menyisikan sisi ruang lagi sebelah kanan dan kirinya.

Lagi! Sabetan ranting menyiksa pipi kiri.
Berkali-kali aku mengaduh. Di sisi lain aku pun dibuat terpingkal oleh tingkah pangeran jombang yang teriakannya bukan main kerasnya.

“Aduuuhh perutku, aduh kandunganku tiga bulan keguguran.”

Paham kan, bebatuannya seperti apa wujudnya?. Dokumentasi oleh: Insanwisata.
Badanku masih diguncang ke segala sisi, ditimpa dari kanan. Rasanya tak ada waktu sedikitpun untuk meluruskan posisi tubuh. Huhhhh aku sengaja menahan tawa. Pipi dan mataku perih. Perutku kram rasanya, air mata campur aduk tak terbendung. Suara: “aduuuh” bersahutan di antara kami.

Mas supir semakin menjadi. Yah, berbanding lurus dengan ekstrimnya medan terakhir yang harus kami tempuh. Batu-batu besar layaknya meja menghadang. Mau tak mau jip berjalan miring. Tak karuan rasanya. Terkoyak sudah perasaan yang sedari pagi telah dirapikan. Kami saling menimpa lagi. Kali ini menjepit Mas Alid di sisi kanan.

Mbak Rizka menahan jongkok. Dia berbisik ke arahku: “sepertinyaaa celanaku robek.” Aku mendongak ke samping. Kuperiksa. “Iyaaa mbak, iyaa robek.” Jawabku ikut cemas. Tangannya langsung menangkup ke belakang merapikan. Hanya satu pegangan tangan terus bertahan. Jip terus melaju menerobos tanpa peduli.

Huhhh rasanya ya! Dokumentasi oleh: Insanwisata.

Sahhh sudah. Sebuah lukisan indah imajinasiku sedari pagi jadi njempalik siang ini!

***

Nglinggo memang surganya offroad. Karakter tracknya dengan tanah merah dan bebatuan kali memang menjadi sarana ampuh untuk melepas teriakan yang selama ini tertahan, atau sekadar meluapkan perasaan yang belum menemukan waktunya untuk tersampaikan.

Track yang baru kami jajal ternyata barulah track se-upil dengan rute super pendek. Pembaca mau mencoba dengan track panjang yang durasinya satu hingga lima jam?. Finish Suroloyo? ada. Finishnya Borobudur pun ada.

Haaa tak bisa terlupa begitu saja setiap teriakan yang pernah menggema bercampur cemas buah hasil offroad jip Nglinggo ini. Terbukti jika offroad kali ini tak hanya sanggup mengoyak celana, tapi seiisi perasaan pun ikut terkoyak berantakan!

Bisa disimak potongan singkat keseruan kami: (kiriman video oleh Aji Sukma)

A post shared by CAM.ON (@camontranstujuh) on

Informasi lebih lanjut untuk pembaca:

Nama Desa Wisata:

Desa Wisata Nglinggo
Alamat: JL. Dekso - Plono, Kelurahan Pagerhajo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. CP: 0822262283

Sosial Media:
Instagram: homestayrimbono

Informasi paket offroad jip, satu jip bisa diisi 3 atau 4 orang:

Offroad jip dengan track pendek: 350k
Offroad jip dengan track sedang: 450k
Offroad jip dengan track panjang: 600k
Offroad dan paket camping: 1.5 jt

#EksplorDeswitaJogja 
Cerita ini merupakan oleh-oleh dari keseruan rangkaian acara "Explore Desa Wisata Jogja" yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi DIY, pada tanggal: 24 s.d 26 Februari 2017.

Terima Kasih Sudah Berkunjung

52 comments

  1. Sah sudah ada yang robek hahahahhaha.
    Sebenarnya kalau mau ke hutan pinus beneran yang luas lokasinya ada di Purworejo, tapi akses satu-satunya jalan lewat Nglinggo :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya itu mas, yang terkoyak bukan hanya celana. Tapi perasaan juga njungkel njempalik. Ahaha.

      Oh, aku belum pernah ke pinusnya sana...

      Hapus
  2. Di Malang kemarin dia juga keguguran lagi....wkakwa

    Dulu pernh beberapa kali ke sini, gak off road sih, nyariin kandang-kandang kambing...hahha

    Memang itulah serunya gak dapet sinyal, adem ayem tentrem marem...ahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas ghoz, ayo ke nglinggo lagi reuni ringsek :p
      Mas alid ki paling heboh le teriak yo menggema seantero dunia. Haaa

      Paling lama berapa hari bertahan tanpa sinyal?

      Hapus
  3. Nyepi sejenak dari sinyal memang rasanya damai sih mbak dwi. Ini baru namanya nikmatin hidup. Tapi kalo ps begitu buka hape lalu isisnya si bos mencak2 krn kerjaan belok kelar, itu persoalan juga sih 😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mas. Serasa damai, tenang gitu yak?

      Etapi kalau gebetan yg nyariin jadi persoalan nggak?

      Hapus
    2. Kan baru gebetan, belum jadian. Makanya belum jadi persoalan eh

      Hapus
    3. Ah bilang aja g ada yang nyariin kalau suka ngilang-ngilang wkwk

      Hapus
  4. Tiap baca cerita yang menjabarkan gimana tragedi celana waktu off-road Nglinggo selalu aja bikin ketawa. Konten! Hahahaha. Jadi kalau mau nginep di Homestay Rimbono pastikan gebetan atau si patjar nggak caper dan dijelaskan dari awal bahwa nggak ada sinyal di sana, tapi ... ada rumah mantan di sana! #ups

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting udah izin mbak rizka wkkwkw.
      Jangan mas halim, nanti bukannya piknik tapi pulang-pulang jadi perkedel. Wkwk

      Hapus
  5. itu homestay-nya jauh dari kebun teh nggak mbak?
    kayaknya beneran menarik nih kalo misal nginep di sana terus pagi pagi jalan jalan ke kebun teh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan g jauh-jauh amat kok mas, sekilo mungkin yak.

      Nah bisa dicoba pas ada adek-adek yang biasa nanyain tempat asique buat piknik direkomendasikan ke sini ;)

      Hapus
  6. seru bgt... dah itu aja..pingin soalnya kaya gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekali-kali kalau pas jenuh gitu mas..mayan bisa buat mengeluarkan teriakan-teriakan yang tertahan. *eh

      Hapus
  7. padahal aku juga mau nulis ini hahaha
    Lucu ya kalian. Eh lucu Mba dwi ding.
    Jadi sepolos itu Mba rizka nanyanya sambil berbisik takut kedengeran pangeran Jombang? dan mba dwi g jadi pake payungnya? haha. koplak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku ikut cemas pas celananya mbak rizka bener robek. Dannn teteup pangeran jombang paling heboh.

      Payungnya belum sempet kepake e padahal huhuhu ayo ke sana lagiii

      Tulisanmu kutunggu ;)

      Hapus
  8. Wah, seru ya pengalamannya. Kalo sudah terkoyak begitu kan jadi refreshing hatinya ya..#eh, #hahaha

    BalasHapus
  9. Sehabis baca ini aku jadi kangen sama suasana Nglinggo yang dulu, yang masih sepi. Bisa-bisa di masa mendatang bakal Nglinggo bakal jadi mirip sama Kaliadem, ramai sama jeep offroad. :(

    BTW, artikel ini nulisnya terburu-buru kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, sekarang penuh jip kaya sermo juga huhuhu.
      Udah semakin bervariasi aja ga cuma melulu kebun teh.


      Iya :p kok tauuu e wkkw. Psssttt

      Hapus
    2. Hah? Tenane di Waduk Sermo ada jeep?

      Hehehe, ya taulah. Kan dibaca. :D

      Ada baiknya setelah nulis dibaca lagi sih.

      Hapus
    3. Ini udah didraft 3 mingguan mas, udah tak baca berulang-ulang tapi mentog begini wkwk
      Pas nulis emang agak keburu-buru.

      Iyaa pas di sermo liat jip banyak. Nanti paketan ke kali biru, soroloyo, gitu... Dari sermo

      Hapus
  10. (((TERKOYAK))) (((TERKOYAK))) :D :D :D

    Teriakan-teriakan itu seakan menggambarkan siksaan-siksaan duniawi yang malah bikin nagih!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun ketagihan mas, tapi teriakan-teriakan yang tak sengaja tergigit malah bikin sariawan eh. Wkwkwk

      Hapus
  11. Wakakaka. Mbak, bagaimanapun juga Mbak Dwi tetap setrong karena berani terkoyak-koyak sepi ini. Eh bukan, suasana ini.

    Yang kita di waduk sermo itu kayanya juga ada baliho menawarkan offroad nglinggo ya mbak?

    Heh ramainya nglinggo saat ini. Kangen suasana nglinggo tahun 2011 an pas ke sana cuma berempat dan ditanya warga: "badhe sami menopo kok dateng kebon" hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya di sermo itu juga menawarkan jip di segala penjuru rin :p
      Entahlah jip sudah terlanjur hits wkkw sudah susah ditemukan tempat sepi kaya kebon :p

      Hapus
    2. Iya mbak di turunannya itu kan ya.

      Hehehe di akun IG visitkulonprogo ada lho fotonya. Pinggir-pinggir masih banyak rumput gitu.

      Hapus
  12. Seru banget perjalanannya, gimana ya rasanya maen offroad. Pengen ngerasain sendiri, semoga bisa dilain kesempatan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mas, semoga suatu saat bisa mencicipi terguncang-guncang :p

      Hapus
  13. Perempuan yang sibuk menata perasaan .....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak lha kenapa malah syurhatt? :')

      udah rapi-rapi ditata eh diberantakin lagi

      Hapus
  14. wah, keren. petualang sejati. Selain keliatan sejuk, nglinggo ini emang keliatannya asik banget buat dijadiin lintasan offroad. cocok banget deh ya kayaknya buat para petualang dan penantang alam sejatin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mariii dicoba mas :)
      emang kok, medannya ga mbosenin wes :)

      Hapus
  15. Bwahahahaha yawlaaaa kasian ciwi ciwi ini, uda prepair outfit ala-ala, gak taunya cm mo dikoyak perasaan & celananya. Bahahahaha tapi seru ya, kalau gak gini gak punya konten. xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya mas, njpalik sudah :p
      Angan-angannya apaaa jadi apaa wkkwk

      Dapet konten banyak deh di nglinggo ini, meski cuma sebentar kalau buat cerita aja
      jadi sepanjang ini lhooo

      Hapus
  16. wkwkw setelah merasakan trip jeep bersama pangeran jombang, telingaku agak meronta mbak hahah

    Problemmu sama kayak aku mbak -_- bingung milih jilbab waktu pergi, dan berujung kdg warna yg kupakai itu-itu aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dia teriaknya menggema kan lid? Luar biasa, waspada sama gendang telinga bener...

      Iya banget, pemilihan warna jilbab itu penting banget untuk mendapatkan hasil foto yg epic *eh.
      Aku pun... Warnanya itu-itu terus

      Hapus
  17. udah salah milih jilbab, ehhhh malaaaah terkoyaaaak wkwkkwkwkw sabaro yaaa ketiban alid yak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahha aku harus berguru padamu bagaimana caranya menghadapi mas alid yang baik dan benar yak.. :))

      jilbabku tetap pinkk pilihan terakhir :))

      Hapus
  18. huahaha terkoyak-koyak tapi gak akan pernah terlupakan

    BalasHapus
  19. Jadi pengen nyoba naik jeep juga.
    Mana tau bisa mengoyak perasaan yang tak menentu ini. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe boleh dicoba mas :))
      biar merasakan bagaimana rasanya terkoyak-koyak

      Hapus
  20. walah saya pikir dlingo di jogja mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Nglinggo kan juga di Kulon Progo, Jogja mas...
      Dlingo di Bantul, Jogja juga.

      Hapus
  21. Lihat foto pertamanya, aku mengira artikel ini akan dibuka dengan persiapan peralatan safety, ternyata ttg pemilihan warna jilbab wkwkwkwkkw.... Seneng banget lihat petualangan kalian. Kadang pengin ikut juga kalau ada yg nyebar info. Tapi sadar usia, takut malah merepotkan yg muda2 & bikin mrk nggak bebas. Semoga kedepannya ada tour yg lbh friendly disana ya buat buibuk & nakanak, nggak terlalu ganas medannya, maksimal kyk lava tour itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haa iya mbak, maafkan jika yang nulis juga lagi kebaperan milih jilbab buat foto-foto di kebun teh biar makin epic. Eh lha ternyata dikasih kejutan offroad yang mengoyak perasaan.

      Iyaa pingin lagi suatu saat ketemu kamu mbak... Terus aku diajarin live tweet :p

      Hapus
  22. lama ga ke nglinggo ternyata udah ada daya tarik wisata offroadnya..
    hmm tarifnya hampir sama dengan lava tour dengan daya tarik yg berbeda :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas... Jadi di Nglinggo ada opsi lain selain kebun teh :p
      Sepertinya cocok buat merontokkan stres

      Hapus
  23. wah ketemu duo ebret dong ini..ada aji sukma sama om insan wisata..
    itu naik offroad tergoyang2 rontok semua deh masalah ya kan?
    hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas... sama duo ebrets pas ke sini. Mas Sukmana, salam kenal yaaa :))

      Hapus